12 Penyebab Kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Perang Dunia II adalah salah satu perang global dan merupakan yang paling banyak memakan korban jiwa sepanjang sejarah. Perang ini dimulai sejak 1 September 1943 sampai 2 September 1945. Banyak negara-negara yang terlibat dalam PD 2 ini. Negara-negara tersebut tergabung dalam 2 kubu yakni blok sekutu dan blok poros. 

Blok sekutu terdiri 4 negara besar yakni Amerika Serikat, Britania Raya, Uni Soviet, dan China. Sedangkan blok poros terdiri dari Jerman, Italia, dan Jepang. Dalam perang Jerman harus mengulang kembali kekalahan seperti pada PD I. Lantas mengapa Jerman masih kalah dalam PD II? Berikut adalah faktor-faktor penyebabnya. 

1. Kekuatan Aliansi yang Kurang

Jerman sebenarnya memiliki pasukan yang unggul dan persenjataan yang mumpuni. Sayangnya lawan tidak hanya dari satu negara saja dan membutuhkan bantuan. Jerman berada pada kubu yang sama dengan Italia. Namun negara ini bukanlah tujuan utama Jerman. 

Pada awalnya Jerman menginginkan Inggris untuk bergabung, namun ternyata gagal. Italia dipilih karena memiliki ideologi yang mirip dengan Nazi. 

Memasuki Perang Dunia II kekuatan Italia sudah tidak sehebat dulu. Persenjataan militer mereka tertinggal dengan negara lain. Begitu juga dengan negara lain yang berpihak pada blok poros seperti Austria-Hongaria dan Rumania. Negara-negara ini memberikan bantuan namun dengan kualitas yang biasa saja. 

2. Deklarasi Perang Terhadap Amerika Serikat

Akhir tahun1941, saingan baru Jerman muncul yakni Amerika Serikat yang semakin unggul dalam hal ekonomi dan juga teknologi senjata. Di sisi lain presiden AS saat itu, FD Roosevelt, merasa Jerman adalah saingan besar sehingga terus memasok senjatanya ke Inggris yang merupakan musuhnya. 

Pada tanggal 4–7 Desember 1941, pangkalan Pearl Harbor AS diserang oleh Jepang. Momen ini dimanfaatkan oleh Jerman untuk menyatakan perang terhadap Amerika Serikat pada 11 Desember 1941. Jerman memperkirakan dengan hancurnya Pearl Harbor maka mereka akan disibukkan dengan menyiapkan serangan balasan dan menyaingi kemajuan Jepang. 

3. Kekurangan Bahan Bakar

Jerman memiliki senjata yang berkualitas tinggi kalah itu. Salah satunya yang paling terkenal adalah Tiger Tank yakni tank besar yang memiliki 6 gearbox. Sayangnya tank ini menggunakan bahan bakar yang tidak dimiliki oleh Jerman. 

Negara yang memiliki bahan bakar minyak tersebut adalah Uni Soviet sehingga Jerman pun berusaha untuk menginvansinya. Biaya untuk melakukan invasi tentu sangat besar dan bukan hal yang mudah.

4. Penggunaan Teknologi yang Tidak Tepat

Dibandingkan dengan blok sekutu Jerman lebih banyak memiliki persenjataan seperti tank dan pesawat jet. Sayangnya keunggulan ini tidak membawa kemenangan bagi Jerman. Namun alih-alih mementingkan kualitas jerman lebih mengutamakan desain senjata mereka. 

Meski memiliki banyak senjata namun kualitasnya tidak begitu mumpuni. Akibatnya banyak tank dan pesawat mereka yang sering mengalami kerusakan. 

5. Kebijakan “No One Step Back”

Pemimpin Jerman masih sama seperti pada PD I yakni Adolf Hitler. Ia adalah pemimpin yang terkenal gigih dan pantang menyerah. Ia menerapkan kebijakan “No One Step Back” atau “tidak ada kata mundur”. Kebijakan ini diterapkan pada pertempuran musim dingin tahun 1941-1942 dan berhasilnya menyelamatkan Front Timur. 

Keberhasilan tersebut meyakinkan pasukan Nazi Jerman untuk terus menerapkan kebijakan ini. Ternyata hal itu tidak sesuai harapan dikarenakan penerapannya melebihi batas hingga ke tingkat resimen, kompi, dan tentara biasa. Kebijakan ini justru membuat banyak pasukan Jerman gugur dalam medan perang. 

6. Hitler Mengambil Alih Posisi Panglima Tertinggi

Sejak Desember 1941, posisi panglima tertinggi pasukan Nazi Jerman diambil alih oleh Adolf Hitler. Hal ini dikarenakan panglima sebelumnya memberikan informasi bahwa Uni Soviet melakukan serangan balik secara besar-besaran dan mengancam akan menghancurkan Jerman. Para pemimpin tentara menyarankan Hitler agar menarik mundur untuk mengambil strategi lain. 

Namun Hitler justru menganggap saran tersebut sebagai bentuk ketidak latihan anggota dan mencopot jabatan mereka kemudian mengambil alih posisi Komando Tertinggi Angkatan Darat. Hitler menggunakan kebijakan “Sosialisasi Nasional” dan memberikan komando secara pribadi. 

7. Tidak Ada Rasa Saling Percaya

Sebuah pasukan terutama ketika sedang bertugas sangat diperlukan rasa saling percaya. Namun hal ini tidak dimiliki oleh pasukan Nazi Jerman terutama Hitler kepada Jendralnya. Sejak kemenangan besar pada awal peperangan, Hitler menganggap dirinya sebagai sosok yang jenius. 

Namun ketika alur perang telah berubah dan Jerman mengalami kekalahan ia menganggap hal tersebut dikarenakan jendralnya yang tidak patuh dan tidak becus dalam melaksanakan strategi yang dibuatnya. Sikap Hitler ini banyak membuat pasukan Jerman satu persatu meninggalkan pergi. 

8. Tidak Siap Menghadapi Musim Dingin 

Jerman melakukan inovasi terhadap Rusia pada tahun 1941. Mereka memprediksi kemenangan akan segera diraih sebelum musim dingin tiba. Para Jendral Jerman meyakini hanya perlu memasuki Rusia dengan melewati satu pintu saja maka seluruh struktur akan runtuh.

Optimisme ini lah yang membuat pasukan Jerman merasa tidak perlu membawa persiapan untuk menghadapi musim dingin bahkan untuk pakaian sekalipun. 

Ternyata hingga musim dingin tiba ibukota Moskow belum juga direbut. Pasukan Jerman tanpa persiapan itu masih terjebak di Rusia dan harus berusaha seadanya untuk mengahalu serangan udara. 

9. Kesalahan Strategi

Strategi-strategi yang digunakan oleh Jerman selama Perang Dunia II adalah strategi jangka pendek dan sama sekali tidak memiliki strategi jangka panjang. Salah satu strategi yang digunakan oleh Jerman dan yang paling terkenal adalah strategi blitzkrieg yakni metode perang cepat oleh infanteri lapis baja dan serangan udara jarak dekat. 

Strategi jangka panjang tidak disiapkan karena Jerman tidak menyangka negara-negara lain akan bergabung. Seperti dalam invasi Polandia 1939 yang ternyata mendapat bantuan dari Inggris. Pihak sekutu justru menyatakan perang terhadap Jerman. Kondisi mereka yang kalah itu tidak siap tentu sangat merugikan. 

10. Gaya Kepemimpinan Hitler

Hitler merupakan seorang pemimpin yang diktator sekaligus orator yang handal. Kemampuannya ini ia gunakan untuk mempertahankan kekuasaannya meski harus mengadu domba para bawahannya. Akibat adu domba tersebut pasukan Jerman yang seharusnya bersatu justru tidak kompak dan tercerai berai. 

Hitler merasa bahwa setiap manusia memiliki sifat yang serakah dan tidak bisa dipercaya. Dirinya juga merasa bahwa ancaman bisa datang dari siapapun termasuk pasukannya sendiri. Oleh karena itu menyingkirkan bawahannya dianggap sebagai salah satu cara untuk meminimalkan hal-hal yang mengancam posisinya. 

11. Sifat Rasisme Hitler 

Adolf Hitler dikenal jenius namun kejam. Ia juga merupakan pribadi yang rasis terutama kepada orang-orang Yahudi, Slavia, dan Romani. Ia menganggap ras dirinya, rasa Arya, yang paling unggul. Padahal ras yang ia benci berisikan orang-orang hebat dan jenius yang bisa ia manfaatkan untuk memenangkan peperangan. 

Orang-orang yang direndahkan oleh Hitler sebagian besar memilih pindah ke Amerika Serikat. Mereka yang umumnya adalah seorang insinyur, ilmuwan dan seniman pun tak sungkan untuk memberikan jasa dan tenaganya untuk membantu Amerika Serikat. Disisi lain  Hitler justru menciptakan sebuah sejarah paling kelam yakni peristiwa Holocaust yang merupakan genosida terbesar di dunia. 

12. Bertempur di Dua Frontal Sekaligus

Jerman pada awalnya target Jerman adalah Rusia di Front Timur. Namun posisi Front Barat juga terancam dan harus diamankan sehingga Jerman harus memukul mundur Perancis dan Inggris terlebih dahulu. Untuk itu Jerman harus membagi dua pasukannya agar keduanya tidak hilang. 

Perancis dapat diamankan dalam waktu hitungan minggu saja namun tidak dengan Inggris. Pada akhirnya Jerman kalah dalam pertempuran dan hanya berhasil mengamankan front barat. 

fbWhatsappTwitterLinkedIn